Sunday, June 21, 2009

Ketika Seorang Pembunuh Mengarahkan Pistolnya Tepat ke Depan Wajahmu

"Cklek." Dan kau tak bisa berbuat apa-apa. Kau berada di sebuah ruangan kotor dan duduk dengan tangan terikat di kursi kayu yang tidak terpakai selama 3 tahun. Ini bukan seperti cerita fiktif di film-film, dimana kau akan menemukan pecahan kaca dan segera memotong tali tambang setebal 1cm yang mengikat tanganmu. Kau tak bisa bertindak apa-apa selain menangis, berteriak, bertanya "Kenapa?!" dan berusaha melepas ikatan di tanganmu yang sebenarnya, tak bisa dilepas meskipun kau berusaha sekuat apapun.

Di ruangan terkutuk dimana kau terikat, tak ada sesuatu maupun seseorang yang bisa menolongmu melepas ikatan keras di tanganmu dan membantumu kabur. Hanya ruangan kotor dengan 2 jendela kecil yang berjarak 3 meter belakangmu, sebuah kursi usang yang kau duduki, sebuah lampu meja biliar yang menerangimu dari atas kepalamu, sebuah lemari penuh debu yang berisi botol-botol minuman keras di sebelah kirimu, dan seorang pembunuh yang mengarahkan pistol 9mm miliknya di depanmu. Ingin berteriak minta tolong? Silakan. Takkan ada seorang pun yang akan mendengar teriakanmu kecuali si pembunuh yang hanya menganggapmu sebagai bangkai tikus yang terbaring di jalan sempit.

Apa yang bisa kau lakukan? Yang bisa kau lakukan hanyalah menunggu keputusan yang dibuat oleh si pembunuh dengan "senyum manis"-nya itu. Apakah dia akan mengatakan, "Sudah berdoa? Semoga surga seindah yang kau kira, dan... sayonara." BLAM! sebuah peluru melubangi kepala yang didalamnya hanya berisi gumpalan sampah yang kau namakan otak itu, atau, dia akan mengatakan, "Aku tidak akan membunuhmu. Aku membutuhkanmu. Ikuti aku." dan kau mengikuti si pembunuh demi keselamatan dirimu sendiri yang tidak berharga itu.

Ketika seorang pembunuh mengarahkan pistolnya tepat ke depan wajahmu. Tak ada yang bisa kau lakukan. Itulah keadaanku sekarang. Tak ada yang bisa kulakukan, tak ada apapun yang bisa menolongku. Aku hanya bisa menunggu keputusan yang dibuat oleh si pembunuh yang menentukan hidup dan matiku. Apa yang akan si pembunuh lakukan? Apa yang akan si pembunuh lakukan? Oh, tidak! dia meletakkan jari telunjuknya pada pelatuk pistol brengsek itu. Aku memohon, mengeluarkan berjuta-juta kalimat agar aku tidak dibunuh oleh si pembunuh yang mungkin akan segera mengakhiri hidupku dalam kurun waktu 1 menit lagi. Aku mencoba sekuat tenaga melepas ikatanku, bagaikan mencoba melubangi tembok hanya dengan jari kelingkingku. Dan aku hanya membuat darah keluar dari kedua pergelangan tanganku.


Ketika seorang pembunuh mengarahkan pistolnya tepat ke depan wajahku. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menangis, berteriak, bertanya "Kenapa?!" dan berusaha melepas ikatan di tanganku yang sebenarnya, tak bisa dilepas meskipun aku berusaha sekuat apapun. Aku hanya bisa menunggu keputusan yang dibuat oleh si pembunuh. Dan apakah keputusan si pembunuh? Si pembunuh tersenyum dan mengatakan sebuah kalimat ke telingaku:
"Sudah berdoa? Semoga surga seindah yang kau kira, dan... sayonara."

No comments:

Post a Comment