Monday, August 10, 2009

Semoga Permintaanku Terkabulkan (Part II)

1 Bulan yang lalu, telunjuk kananku patah karena jatuh dari tangga apartemenku. Nenek kamar sebelah melihatnya, segera memanggil taksi dan menemaniku ke rumah sakit. Hingga sekarang, telunjukku masih tertidur nyenyak bersama perban putih. 2 Minggu yang lalu, beberapa berandalan mengancamku dengan pisau lipat untuk mendapatkan semua yang ada di dalam tasku. Bahkan bukan hanya tasku, para manusia sialan itu mengambil semua yang ada di dalam jaket hitamku seperti: dompet, ponsel, dan mp3 player. Aku melawan. Aku ingin menghajar mereka, tetapi jari telunjukku berbisik, "Diam, tenanglah. Aku sedang tidur dengan si perban putih." dan 2 dari mereka menghajarku. 5 hari yang lalu, Darcy (atau Darth Maul), bos di tempat kerja baruku, meneleponku dan mengatakan bahwa aku dipecat karena aku tak bisa dihubungi dan belum mengerjakan lukisan desain sebuah perusahaan besar, yang dikarenakan karena telunjukku patah. Begitu juga dengan hidungku. Kemarin, kehilangan tempat tinggalku (lagi) karena Aku belum membayar sewa apartemen selama 3 bulan. Aku ingin meminta bantuan kepada bos-ku, Darcy. Darth Maul. Tetapi, ia sudah terlanjur mengayunkan lightsaber-nya dan memotong kepalaku. Akhirnya, Aku meninggalkan apartemen hanya dengan membawa beberapa pasang pakaian, novel Neverwhere, beberapa puluh dolar, dan sebungkus Marlboro berisi 9 batang. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, Aku tidur di kursi besi untuk semalam. 3 jam kemudian, Semuanya hilang. Kecuali beberapa puluh dolar, dan sebungkus Marlboro berisi 9 batang. Apa yang terjadi? Annie? Annie-kah dalang dari semua ini? Annie mengutukku?

Hari ini, Aku hanya berputar-putar tanpa arah. Mengelilingi jalanan, memandangi iklan Victoria's Secret, melempari batu ke danau, masuk ke supermarket dan membeli segelas bir, menonton beberapa pertandingan futbol dari luar toko televisi, dan mendatangi pameran lukisan surealis dari jam 8 hingga 11 malam. Dan di dalamnya, Aku terlihat seperti bocah umur 5 tahun yang lepas dari ibunya di taman hiburan. Setelah beberapa puluh meter berjalan dari pintu keluar pameran tersebut, Aku mulai berpikir bahwa hidup ini adalah tumpukan limbah industri yang mengotori sungai jernih. Dan lagi-lagi berjalan tanpa arah seperti manusia tanpa otak yang terus mencari otaknya.

Aku bertanya pada diriku sendiri apa aku akan menemukan sebuah pistol di dalam kotak pos biru ini dan menekan pelatuknya ketika lubang pistol tersebut berada di dalam mulutku, atau melompat ke jalan raya ketika sebuah truk sedang melaju dengan sangat cepat. Yang bisa kulakukan hanyalah menghisap beberapa batang Marlboro hingga habis, dan menyalakan korek api hingga gas di dalamnya juga habis. Atau berjalan ke jembatan layang terdekat, melompat dari jembatan tersebut, dan tidur untuk selamanya. Ya, pilihan tepat, bukan? mari berjalan ke jembatan layang terdekat, melompat dari jembatan tersebut, dan tidur untuk selamanya.

Berjalan di jembatan layang dengan langkah agak cepat sambil melihat terangnya beberapa ledakan kembang api pada sudut 45 derajat jauh di sebelah kananku, mendengarkan suara "Boom"-nya yang bunyinya sekecil 10 poin pada volume radio, dan melihat seorang wanita kusut dengan baju dan rambut hitam kecoklatan berjalan di seberang jalan. Hei, darimana datangnya? Aku tak melihat darimana wanita tersebut muncul. Ah, sudahlah, mungkin Aku hanya tak melihatnya datang. Hidupku akan kuakhiri beberapa menit lagi. Jadi, tak ada salahnya Aku membakar si teman kecil dan menikmati asap hangatnya.

Jembatan ini tinggi sekali ternyata. Karena tidak ada kendaraan yang lewat, Aku berani saja berjalan di tengah jalan raya. Tidak ada kehidupan pada malam ini. Jembatan besar ini hanya ditemani oleh lampu jalan berwarna kuning sepanjang jalan, aspal dingin dan basah karena terkena rintikan air hujan, beberapa bangku besi, serta tong sampah hitam yang penuh dengan botol kaleng bir. Lalu Aku duduk di salah satu bangku besi di tengah jembatan yang terlihat seperti jalan menuju kegelapan. Tak lama setelah Aku duduk, seorang wanita kusut berjalan di seberang jalan. Wanita kusut yang tak kulihat darimana datangnya tadi. Dan wanita itu berdiri dengan tangan memegang pagar jembatan, membelakangiku, menghadap kembang api yang melayang seperti komet ke atas lalu meledak bagai seribu kelelawar kecil yang berterbangan tanpa arah. 30 detik kemudian, wanita itu berbalik menghadapkan tubuhnya ke arahku. Dan ia adalah wanita yang turun dari bus tingkat.

Apakah dia sengaja berputar untuk melihatku? Entahlah. Aku hanya terus menghisap si teman kecil dan sesekali melihat ke arah wanita itu dengan tatapan seorang anak yang ingin melihat wajah ayahnya ketika sedang memarahinya. Apa yang wanita itu lakukan? Wanita itu menunjuk dan memutarkan telunjuk tangan kanannya di telapak tangan kirinya. Ia mengangkat jarinya, dan secarik kertas keluar dari telapak tangannya. Wow, apakah dia seorang penyihir? Apa maksudnya dia memperlihatkan triknya kepadaku? Setelah melihatnya mengeluarkan kertas itu, Aku kembali melihat aspal basah di bawahku, dan bersumpah tidak akan melihat ke arah wanita itu lagi. Tak lama setelah menurunkan kepala, ada yang menyentuh kepalaku. Aku mendongakkan kepalaku ke atas, lalu secarik kertas yang menyentuh kepalaku tadi melesat masuk ke dalam kantong jaketku. Sedikit terkejut, kuambil kertas itu dari kantong jaketku. Kubuka kertas kecil yang terlipat itu, dan ternyata kertas itu bertuliskan "Hello, my name is Annie. Sekarang kau tahu rasanya, bukan?"

Annie? Benarkah dia Annie? Wanita yang kutinggal sementara ke Manhattan? Apa maksudnya "rasanya"? Apa Aku telah melakukan sesuatu yang buruk? Aku tahu Aku telah mengalami sebagian kehidupan yang berbau seperti daging babi busuk, tapi apa benar semua ini karena Annie? Dia mengeluarkan kamera polaroid dari tas kecilnya, meletakkannya pada pagar jembatan yang terdapat beberapa retakan pada pinggirnya. Lalu berdiri di depan kamera tersebut, menyalakan sebatang kembang api, lalu menggerakkannya dengan cepat. Beberapa detik kemudian, si kamera memuntahkan selembar foto. Si wanita mengkibas-kibaskan fotonya, lalu selembar foto itu terbang menuju tanganku. Ya, foto yang indah. Bersuasana gelap diterangi beberapa lampu jalan, wanita itu terlihat berbayang di fotonya, dan tulisan sambung yang terbuat dari cahaya kembang api: "I repeat, my name is Annie." dan dia membalikkan badannya dengan maksud agar Aku mengenalinya. Aku mengenalinya. Dia memang benar-benar Annie. Annie yang berubah dari putih menjadi hitam.

Dia terlihat seperti dunia telah diputar-balikkan. Kejujuran yang berubah menjadi kebohongan. Wajah suram. Lingkaran hitam di sekitar matanya yang terbuat dari eye-shadow dan luapan air mata. Raut wajahnya mungkin tidak sama dengan perasaan berat yang sedang berjongkok di sudut hatinya. Bibirnya tersenyum, tetapi tubuhnya gemetaran. Annie mengayunkan tangannya dengan gerakan melempar tulang pada seekor anjing, dan Aku pingsan seketika. Lalu Aku merasa seperti terbang ke tempat yang jauh. Diterpa angin kencang, dan muncul sekejap di ruangan ini. Kamarku. Aku tak tahu mengapa Aku menjadi Annie. Memakai baju serba putih berkilau bagaikan salju.

Dan itu bukan akhir dari cerita ini.

No comments:

Post a Comment