Thursday, August 6, 2009

?aynranebeS ukiriD apaiS

Inikah yang terjadi? Dunia telah memutar-balikkan dirinya sendiri? Mungkin saja. Dulu, pantulan cermin adalah sesuatu yang pasti. Aku menatap mataku di dalam cermin, dan mataku menatapku kembali. Sekarang, jika aku mencoba menatap cermin yang memantulkan gambaran wajahku dari jarak 5 cm, wajahku berubah mengerikan. Monster. Lalu sebuah kepalan tangan akan meninju mata kiriku dengan kecepatan 50 km/jam. Dan cermin itu akan meneriakkan penjelasan mengapa ia meninju wajahku, dengan bahasa yang sama sekali tak kumengerti. Mungkin bahasa orang idiot sedang mengunyah sereal yang tinggal di dalam dunia cermin. Aku berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Apa yang baru saja terjadi? Pantulan gambar tanganmu meninju mata kirimu? Sungguh hal yang tidak masuk akal! Terkejut, bertanya-tanya, panik, dengan cepat kuhancurkan cermin itu dengan kepalan tanganku. Aku melayangkan kepalan tanganku ke arah cermin itu, pecah, dan pecahannya melayang-layang tanpa arah, beberapa dari pecahannya memeluk kepalan tanganku, lainnya melukai dahiku, dan sisanya berjatuhan ke lantai.

Aku benar-benar tidak mengenal siapa diriku sebenarnya sekarang. Aku keluar kamar, duduk membakar teman kecilku, memegang kepalaku dengan keras menahan kebingungan. Sakit kepala yang luar biasa. Tak bisa melihat wajahku sendiri. Kuangkat kepalaku, mencoba mengenali siapa diriku, tetapi tak ada hasil. Aku merasa seperti bukan siapa-siapa. Bahkan bukan Johnny Marr ataupun James Dean. Siapa diriku sebenarnya?


Aku memutuskan untuk kembali ke kamarku dan sebisanya mengumpulkan pecahan-pecahan yang ada. Persetan dengan jari dan telapak tanganku yang berlumuran darah. Aku harus mengetahui apa Aku akan tetap menjadi monster atau tidak. Aku terus mengumpulkan pecahan yang tersisa di lantai, di telapak tanganku, atau dimanapun yang bisa kudapatkan pecahan kaca yang ada di kamarku. Kulekatkan satu-per-satu pecahan kaca menggunakan perekat. Pecahan yang kecil sekalipun. Terus tanpa henti, menahan rasa sakit. Beberapa saat kemudian, semua pecahan kecil itu berhasil kusatukan. Dengan bentuk cermin yang berantakan, tentunya. Dan banyak bagian yang tak bisa kupasang sesuai ukurannya. Akhirnya Aku bisa melihat wajahku yang sebenarnya. Tidak dalam bentuk monster. Aku melihatnya dengan jelas. Tidak, tidak jelas. Wajahku berantakan bagaikan daun gugur. Tapi Aku tahu kalau gambar yang dipantulkan adalah yang sebenarnya dipantulkan meskipun tidak sempurna. Biar waktu yang mengisi bagian kosongnya.

No comments:

Post a Comment