Monday, July 6, 2009

Johnny dan Molly

Pada suatu hari di pertengahan kota Manchester, terdapat seorang penjaga kasir mini market di sebuah stasiun kereta bawah tanah yang berumur 26 tahun bernama Johnny. Dan, ya, dia tinggal bersama kakak perempuannya tepat 100 meter sebelah timur stadion Old Trafford. Kedua orangtuanya? telah meninggal dalam kecelakaan mobil 3 tahun lalu. Tentu saja Johnny kesepian. dan dia selalu merenungkan kalimat yang telah diutarakan ibunya sebelum beliau meninggal: "Johnny, kau sudah 23 tahun hidup di dunia penuh kebohongan ini. Apa kau tidak ingin mencari pendamping hidup? Kau membutuhkannya. Carilah yang paling tepat untuk dirimu sendiri. Ibu pasti akan bahagia jika melihatmu bahagia bersama seseorang yang bisa membahagiakanmu." Kalimat itu selalu melintas di kepala Johnny karena Johnny sangat ingin membuat ibunya bahagia. Dengan membuat dirinya bahagia. Johnny selalu berharap bertemu seseorang tepat untuknya. Dia menunggunya, mencarinya hingga ke sudut-sudut yang sukar dicapai sekalipun. Hasilnya? Nihil. Oh, Johnny. Hingga pada saat Johnny bersama kakak perempuannya.

Karen : Hei, apa yang terjadi pada dirimu? kehilangan coklat batangan terakhirmu?
Johnny : Tentu saja bukan.
Karen : Lalu?
Johnny : Kosong.
Karen : Oh. Wanita?
Johnny : Tepat sekali.
Karen : Kalau begitu, kenapa kau hanya memainkan gitarmu di sini? Keluarlah, cari seseorang.
Johnny : Kau bercanda? Ini tak semudah membunyikan jari tengahmu.
Karen : Akan menjadi semudah itu jika kau mencarinya daripada memainkan gitar seperti idiot di sini. Ingat kata ibu.
Johnny : Oke, oke.

Tapi Johnny tak tahu kemana ia harus pergi. Berputar-putar pasrah bagaikan gasing yang akan berhenti, dan mengakhiri pencariannya di stasiun kereta bawah tanah tempatnya bekerja, lalu Johnny duduk di kursi besi sambil meminum minuman soda kaleng. Dan tiba-tiba seorang lelaki pirang bermata biru bernama Cupid menghampirinya.

Cupid : Sore, kawan. boleh Aku duduk di sini?
Johnny : Oh, silakan. Duduklah.
Cupid : Hei, kenapa kau terlihat seperti kehilangan coklat batangan terakhirmu?
Johnny : Haha, ucapanmu itu terdengar seperti kakak perempuanku.
Cupid : Benarkah? Haha. Apa ada sesuatu yang buruk?
Johnny : Ya, Aku ingin membahagiakan diriku dan juga ibuku. Aku kesulitan mencari wanita. Pacar.
Cupid : Wow, haha. Serahkan saja padaku. Oh, perkenalkan, namaku Cupid.
Johnny : Cupid? Seperti dalam dongeng saja. Aku Johnny.
Cupid : Haha, banyak yang bilang begitu. Salam kenal.
Johnny : Apa kau benar-benar bisa meluncurkan anak panah yang bisa membuat orang jatuh cinta?
Cupid : Tentu tidak, tapi memang pekerjaanku adalah "meluncurkan anak panah yang bisa membuat orang jatuh cinta."
Johnny : Haha, apa maksudmu?
Cupid : Arahkan kepalamu ke arah jam 9.
Johnny : Apa?
Cupid : Coba saja.
Johnny : (terdiam, terkejut kagum) Kawan, kau ini benar-benar seperti Cupid! Eh?

Cupid menghilang tanpa jejak. Johnny terkejut, melihat ke kiri dan ke kanan mencari pria pirang tersebut. Dan ia percaya bahwa seseorang yang bernama Cupid tadi adalah benar-benar Cupid. Mungkin kalian memikirkan apa yang membuat Johnny terdiam, terkejut kagum. Ya, seorang wanita. Wanita dengan rambut merah, memakai sweater hitam, sepintas mirip dengan Milla Jovovich. Dan, ya, Johnny jatuh cinta pada pandangan pertama di stasiun kereta bawah tanah.
Kemudian, wanita itu tak sengaja menjatuhkan dompetnya. Melihat hal itu, Johnny langsung beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil dompet itu dan mengembalikan ke wanita tersebut.

Johnny : Hei, ini, kau menjatuhkan dompetmu.
Wanita : Maaf? Oh, terima kasih banyak kau mengembalikannya padaku.
Johnny : Haha, dengan senang hati.
Wanita : Sebagai tanda terima kasih, bagaimana jika kutraktir minum?
Johnny : Mmm, Aku...
Wanita : Haha, ayolah, tak perlu malu.
Johnny : Haha, baiklah.

"Terima kasih, Cupid." adalah kalimat yang terus diucapkan dalam hati Johnny. Lalu wanita itu membeli 2 gelas kopi susu untuk Johnny dan wanita itu sendiri.

Wanita : Hai, ini. (sambil memberikan segelas kopi susu)
Johnny : Oh, terima kasih banyak, ya.
Wanita : Sama-sama, teman. Hei, kau belum memberi tahu namamu.
Johnny : Haha, Aku lupa. Namaku Johnny.
Wanita : Wow, nama yang bagus.
Johnny : Terima kasih, haha. Hei, bagaimana denganmu? Siapa namamu?
Wanita : Oh, ya. Molly. Namaku Molly.

Molly. Nama itu menjadi nama yang selalu melayang di kepala Johnny bagai kupu-kupu yang berterbangan pada sore hari. Sejak ia bertemu dengan wanita rambut merah itu, yang dia lakukan sehari-hari hanyalah membayangkan ia pergi bersama Molly untuk menonton kembang api pada tahun baru, dan Johnny juga sangat ingin memberi sesuatu yang sangat disukai Molly. Hampir setiap akhir pekan mereka pergi ke tempat yang mereka inginkan. Dari menonton film di bioskop hingga pergi makan malam. Lalu pada minggu ke-3 pada bulan Januari, mereka berdua pergi ke sebuah kafe kecil di tengah kota Manchester.

Johnny : Haha, bagaimana bisa terjadi seperti itu?
Molly : Ya, Kau tahu keahlianku memasak yang membuat roti panggang itu hangus, haha.
Johnny : Hahahaha. Hei, apa kau ada sesuatu yang sangat kau sukai?
Molly : Maksudmu?
Johnny : Ya... apapun yang sangat kau sukai. Sepertiku, Aku sangat menyukai jam tangan yang kupakai ini.
Molly : Apa, ya? Oh. Aku sangat menyukai Mickey Mouse. Suka sekali.
Johnny : Haha, si tikus itu, bukan? Dia memang lucu sekali.
Molly : Haha, memang. Pada awalnya Aku hanya menemani adikku menontonnya, tapi sekarang Aku menyukainya.
Johnny : Dan kau kembali menjadi anak kecil berumur 8 tahun.
Molly : Mungkin saja, karena Aku sedang menginginkan boneka Mickey sekarang.
Johnny : Benarkah? Bagaimana jika aku memberikan boneka Mickey untukmu?
Molly : Wow, terima kasih. Aku akan senang sekali, tapi jika itu menyusahkanmu, tidak usah pun tak apa-apa.
Johnny : Tidak, tidak, Aku akan dengan senang hati memberimu boneka Mickey, Molly.
Molly : Mmm... kalau begitu, keputusan ada di tanganmu. Tapi Aku pasti akan senang. Sangat senang.
Johnny : Baiklah, tak lama lagi, kau akan bangun dengan memeluk boneka Mickey di tanganmu.
Molly : Ya, kuharap itu akan terjadi, haha. Johnny, Aku sudah harus kembali ke rumah sekarang. Kau keberatan?
Johnny : Oh, tentu tidak. Kalau begitu, Aku akan mengantarmu pulang, Oke?
Molly : Haha, terima kasih, Johnny.

Dan Johnny segera mengantarkan Molly hingga ke tempat tinggalnya. Sejak pembicaraan dengan Molly tersebut, Johnny sangat ingin sekali memberikan boneka Mickey untuknya. Keesokan harinya, ia mengelilingi sebagian kota Manchester dengan sepeda untuk mencari toko yang menjual sebuah boneka Mickey Mouse. Setelah berkeliling selama 2 jam hanya dengan sebuah sepeda, akhirnya Johnny menemukan sebuah toko mainan yang menjual boneka Mickey, dan akan membeli boneka tersebut.

Johnny : Bung, Aku ingin membeli boneka Mickey ini. Berapa harganya?
Penjual : Ini? 24 pound sterling.
Johnny : Apa? 24? Oh, Tuhan, Aku tidak memiliki uang sebanyak itu. Aku hanya membawa satu-satunya 15-ku.
Penjual : Hmm, sayang sekali, kawan.
Johnny : Sial. Hei, bagaimana jika aku kembali besok dengan 24 pounds?
Penjual : Oke, oke. Kutunggu kedatanganmu besok. Tapi maaf bila sudah dibeli orang lain.
Johnny : Oke. Terima kasih banyak.

Johnny segera pulang dengan sepedanya, mengambil gitarnya, lalu pergi ke depan tangga stasiun kereta bawah tanah, membawakan beberapa lagu, dan berharap seseorang meletakkan uang di atas sapu tangan yang dia letakkan tepat 10cm di depan kakinya. Setelah 1 jam membawakan beberapa lagu The Cure dan Bloc Party, Johnny mendapatkan uang sebanyak 8 pounds. Cukup banyak, tetapi itu belum cukup untuk membeli boneka Mickey yang Johnny inginkan. Akhirnya, Johnny memutuskan untuk pulang dan melanjutkan petualangannya besok.
Keesokan harinya, Johnny kembali pergi dengan sepeda dan gitarnya ke stasiun bawah tanah untuk mendapatkan beberapa poundsterling agar ia bisa membelikan boneka Mickey untuk Molly. Dalam waktu 1/2 jam, Johnny mendapatkan 3 pound sterling. Tentu saja Johnny gembira. Dengan 26 pound sterling miliknya, Johnny segera pergi ke "Disneyland" tempat di mana Mickey itu berada.

Johnny : Apa maksudmu sudah terjual?!
Penjual : Maaf, bung. 2 jam lalu seorang ibu membeli boneka itu untuk anaknya.
Johnny : Kau... Oke, apa boleh buat. Apa ada toko lain di sekitar sini?
Penjual : Hmm, kurasa toko ini satu-satunya di daerah ini.
Johnny : Baiklah, terima kasih banyak.
Penjual : Sama-sama, kawan. Semoga harimu indah.

"Akan jauh lebih indah jika kupatahkan hidungmu." kata Johnny di dalam hati. Johnny sangat kecewa karena mungkin di kota ini tak ada lagi toko yang menjual boneka Mickey. Apa boleh buat, Johnny terpaksa pulang dengan wajah pucat dan tangan kosong. "Apa yang harus kulakukan? Besok Aku akan bertemu dengannya, tetapi Mickey Mouse tak ada di tanganku."
Keesokan harinya, pada pukul 7 pagi, Johnny menghubungi ponsel milik Molly.

Johnny : Molly, selamat pagi.
Molly : Hai, Johnny, selamat pagi! Ada apa?
Johnny : Mmm kau pagi ini ada rencana?
Molly : Ti...dak. Ya, Aku tidak kemana-mana hari ini. Mengapa, John?
Johnny : Kalau kuajak bertemu, bagaimana? Kau mau?
Molly : Haha, tentu saja, Johnny. Dimana kau ingin bertemu denganku?
Johnny : Bagaimana jika di kafe tempat kita pergi beberapa hari lalu?
Molly : Wow, pilihan bagus. Aku akan kesana nanti jam 10. Oke?
Johnny : Jam 10? Oke, oke. Sampai bertemu, Molly.
Molly : Oke, Sampai nanti, John.

10.06. Molly sudah tiba lebih dahulu dan menunggu Johnny. Setelah beberapa menit menunggu. Molly melihat Johnny berjalan cepat dengan membawa tas coklat miliknya. Johnny terlihat pucat dan berantakan. Seperti orang yang baru saja beranjak dari tempat tidurnya.

Johnny : Maaf, aku terlambat.
Molly : Apa yang terjadi, John? Kau terlihat tidak sehat.
Johnny : Tidak, tidak apa-apa. Hanya tidak bisa tidur semalam.
Molly : Malang sekali. Mengapa kau tidak istirahat saja?
Johnny : 'Kan Aku ingin bertemu denganmu.
Molly : Oh, ya ampun, haha. Tapi... sebenarnya apa yang membuatmu ingin bertemu denganku?
Johnny : Ini.

Bagai seorang anak berbaju kumal yang memberi cincin perak kepada seorang permaisuri, Johnny memberikan sebuah Mickey Mouse. Mickey Mouse buatan tangannya sendiri. Gabungan beberapa bantal hitam dengan kapuk sedikit keluar, mata yang terbuat dari kancing baju, hidung karet yang terlihat seperti karet alat pengukur tekanan darah di rumah sakit, sarung tangan putih yang terbuat dari kain selimut, celana merah yang terlihat seperti taplak meja restoran, dan sepatu kuning yang terbuat dari bahan handuk. Molly terkejut, tersenyum lebar.

Johnny : Ambillah. Mickey Mouse. Untukmu. Mickey-mu, Molly.
Molly : Johnny... terima kasih banyak. Boneka ini buatanmu?
Johnny : Ya, tepat sekali. Kau suka?
Molly : Suka sekali. Kau ingin bertemu denganku untuk memberiku ini?
Johnny : Mmm... sebenarnya tidak juga.
Molly : Lalu?
Johnny : Untuk memberitahu bahwa ada Romeo & Juliet...
Molly : Romeo & Juliet?
Johnny : Superman dan Lois, Mickey dan Minnie, dan...
Molly : Aku tahu maksudmu. Dan aku pun merasakan hal yang sama, haha.
Johnny : Hah? Apa?
Molly : Joel dan Clementine, Spiderman dan Mary-Jane, dan...

Seorang pemain gitar jalanan dengan jaket, sarung tangan, dan senyumnya, memasuki kafe dan membawakan lagu "7/4 Shoreline", penjaga kafe membuatkan kopi sambil tersenyum mendengar alunan lagunya, seorang kakek tersenyum menerima 2 gelas kopi buatan si penjaga kafe, seorang wanita tua tersenyum melihat suaminya membawakan 2 gelas kopi, dan Johnny tersenyum, bukan karena melihat seorang wanita tua meminum segelas kopi, tetapi karena Molly mengatakan, yang juga akan Johnny katakan:
"Johnny dan Molly."

No comments:

Post a Comment