Monday, July 6, 2009

Semoga Permintaanku Terkabulkan (Part I)

Aku berjalan tanpa tujuan. Ditemani sedikit rintikan air hujan, uap yang keluar dari mulutku, dan cahaya kuning yang bersinar dari lampu jalan, Aku berdiri di sebelah kotak pos berwarna biru. Sambil menghisap Marlboro, Aku melihat sebuah bus tingkat berhenti dan menurunkan seorang wanita kusut dengan baju dan rambut hitam kecoklatan di belakangku. Tangan, kaki, dan kepalaku berteriak, "Masuklah ke dalam kendaraan besar itu dan pulanglah, tolol!" tetapi mulutku bersikeras untuk satu-batang-lagi-dan-silakan-pergi. Lagipula mau kemana? Aku tak memiliki tempat tinggal. Apa boleh buat, Perokok Berat. Tubuhmu ingin merusakmu. Selamat menikmati. Menikmati kematian yang diciptakan oleh Tubuhmu. Dirimu.

Hidup. Bagaikan tempat untuk seseorang memberi satu tetes dari satu botol bergambar tengkorak ke dalam teh hangat milikmu. Kesialan tersenyum seperti gadis kecil dengan lolipop, nasib buruk dengan senang hati menjemput. Dan percaya atau tidak, Aku adalah lelaki bertubuh 30 tahun dengan otak 5 tahun. Aku percaya bahwa kisah Alice in Wonderland adalah nyata, dan Peri Gigi akan datang bila Aku menyembunyikan gigi patahku ke bawah bantal tidurku. Beberapa orang percaya bahwa permintaan seseorang akan terkabul jika mempertaruhkan nyawanya untuk orang lain. Untuk hal itu, itu adalah soal lain. Aku sama sekali tak mempercayainya. 5 tahun lalu, Aku menolong seorang wanita dengan rambut pirang yang sedang dikelilingi oleh 3 lelaki kotor berjaket hitam. 3 lelaki tersebut memukuli wanita itu tanpa ampun dan menarik-narik tas milik si wanita. Aku melihatnya, dan segera berlari untuk menolong dan tidak berharap permintaanku akan terkabul jika Aku menolong wanita yang namanya belum kuketahui itu. Ketika Aku berlari menghampirinya, wanita itu berteriak, seperti meneriakkan sebuah kata dari bahasa Islandia, dan 1 dari 3 lelaki kotor itu terhempas jauh dan menghantam lampu jalan. Aku sedikit terkejut dan berpikir mengapa lelaki tersebut terhempas jauh dan menghantam lampu jalan, tapi Aku tetap berlari dan memukul salah satu lelaki itu, mematahkan hidungnya, dan menendang wajahnya ketika lelaki itu jatuh terkapar tanpa daya. Melihatku memukulinya, si lelaki yang sedang sibuk menarik tas si wanita segera melepas tasnya dan kabur menuju kegelapan. Beberapa menit kemudian, kedua temannya lari ke arah yang berlawanan dari lelaki yang kabur lebih dulu. Wanita itu berterima kasih padaku dan Akupun mengantarnya pulang. Oh ya, wanita itu bernama Annie, dan itu merupakan awal perkenalanku dengan Annie.

Annie. Bagaikan lampu yang menyala sementara lampu lainnya redup. Lain dari yang lain. Hanya dia yang bisa dan selalu "menyalakan" diriku ketika diriku "mati" dan menyembuhkan lukaku hanya dengan menghembuskan nafas sejuknya ke arah lukaku. Ya, menghembuskan nafas sejuknya. Memang sedikit ajaib, tapi inilah kenyataannya. Awalnya aku tak percaya, tetapi dia membuktikan bahwa semua itu nyata dengan merubah secarik kertas menjadi kupu-kupu. Annie selalu bilang "Ada sesuatu di dalam dirimu. Tapi kau tak membutuhkannya." Sesuatu. Apa itu? Kekuatan super? Keahlian mengetik dengan 10 jari? Entahlah. Annie hanya tersenyum bila Aku bertanya apa yang ada di dalam diriku.

Beberapa tahun kemudian, Aku harus pindah ke Manhattan karena ayahku menghilang entah kemana. Akhirnya Aku harus bekerja di tempat ayahku bekerja, meninggalkan Annie untuk beberapa tahun, dan pada saat itu, Aku tak tahu akan kembali ke sini atau tidak. Annie tidak setuju denganku meskipun tahu aku harus pergi. "Kau akan baik-baik saja, Annie," kubilang pada saat dia tahu Aku akan pergi. Dari tatapan matanya, sepertinya dia sedih dan mengutukku. Semoga Aku salah. Annie hanya menangis, membelakangiku, dan mengepalkan tangannya dengan keras ketika ia menemaniku ke stasiun kereta ekspres. Aku berharap bisa kembali lagi ke kota ini dan melihat Annie dengan penampilan yang lebih bervariasi dari sekedar kaus dan jaket putih. Setelah 2 tahun menetap di Manhattan, Aku harus pulang ke kota asalku karena tempatku bekerja di Manhattan gulung tikar. Dan kakak tiriku menawarkan pekerjaan kepadaku, dengan syarat kembali ke kota asalku. Karena memang di sana ia dan pekerjaannya berada.

6 bulan yang lalu, Aku kembali dari Manhattan, dan Annie menghilang. tempat tinggal Annie sudah ditinggali oleh pria gemuk yang memakai baju bertuliskan "I Love You, Six Beers" yang sedang mengunduh video porno, dan Aku harus mencari apartemen karena rumahku sekarang sudah digunakan untuk panti asuhan. Lalu entah kenapa, semuanya berubah. Berubah total. Atas menjadi bawah, besar menjadi kecil, putih menjadi hitam.

1 comment: